Jabarplus.id — Lonjakan kasus gondongan di Kabupaten Bogor memicu perhatian besar pada Oktober 2024, di mana kasus melonjak pesat menjadi 187 dalam satu bulan saja. Sebagian besar kasus ini terjadi pada anak-anak usia dini, terutama kelompok usia 4 hingga 6 tahun, yang tersebar di 40 kecamatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan bulan September, yang hanya mencatatkan 5 kasus.
Gondongan, penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditandai dengan demam, nyeri otot, sakit kepala, serta pembengkakan pada wajah sekitar rahang, kini makin sering terdeteksi berkat peningkatan akses masyarakat ke layanan kesehatan.
Menurut Ketua Tim Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Bogor, Luki Gema Safari, puskesmas di Gunung Sindur menjadi yang paling tinggi dalam penemuan kasus, dengan total 71 pasien.
Luki menjelaskan bahwa lonjakan ini dipicu oleh kesadaran masyarakat yang lebih tinggi untuk segera berobat, terutama setelah melihat gejala pembengkakan pada anak.
“kalo merasa ada sedikit bengkak, nyeri nelan, terus agak demam, lebih baik si anak jangan sekolah, langsung aja dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan,” jelas Luki Gema Safari, Kamis (31/10/2024).
Meskipun gondongan bukan penyakit yang masuk kategori wabah nasional, Luki menegaskan pentingnya kewaspadaan karena virus ini mudah menular melalui percikan air liur saat batuk atau bersin.
Penanganan medis biasanya cukup sederhana dan penyakit dapat sembuh sendiri dalam waktu sekitar 12 sampai 16 hari, namun vaksinasi tetap dianggap langkah terbaik untuk pencegahan.
“Sayangnya, vaksin MMR (measles, mumps, rubella) yang dapat mencegah gondongan belum masuk dalam program imunisasi pemerintah Indonesia, dan masyarakat harus mencari vaksin ini di fasilitas kesehatan swasta dengan biaya sendiri,” terangnya.
Luki berharap masyarakat tidak mengabaikan risiko penularan dan pentingnya vaksinasi bagi anak-anak.
Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor juga menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang sebagai proteksi diri terhadap berbagai jenis penyakit.
“Kami sudah membuat surat edaran dari plt kepala dinas kesehatan ke puskesmas untuk terutama untuk pemantauan dilapangan, takutnya ada cluster cluster, maksudnya cluster itu ada satu sekolah yang memang pada sakit tuh gara-gara mumps gitu, jadi teman-teman di puskesmas untuk melakukan pemantauan di wilayah kerja nya,” ujar Luki.
“Laporkan ke petugas kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit jika mengalami gejala, serta meminimalkan kontak dengan cara tidak masuk sekolah atau kerja jika memiliki gejala agar penularan bisa dihentikan,” tutupnya.(Ham)