Jabarplus.id – Hujan deras yang mengguyur Raja Ampat selama kurang lebih dua jam pada Rabu 24 September 2025 memicu banjir dan longsor di sejumlah titik di Waisai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat.
Bencana ini disebut warga sebagai peristiwa alam paling parah yang pernah terjadi di wilayah tersebut.
Air bercampur lumpur menerjang pemukiman warga hingga menutup akses jalan utama. Video amatir yang beredar di media sosial memperlihatkan derasnya arus banjir menyeret material tanah dan batu, membuat sejumlah ruas jalan lumpuh total.
Unggahan akun Instagram @voxpapua.id yang menampilkan momen tersebut langsung viral. Dalam keterangan video tertulis doa singkat “Siooh sayang semoga semua dalam lindungan Tuhan #prayforRajaAmpat.”
Netizen Ramai Doakan dan Kritik Pemerintah
Bencana ini memicu gelombang reaksi dari warganet. Banyak yang mendoakan keselamatan warga Raja Ampat, namun kritik keras terhadap pemerintah dan aktivitas tambang juga menyeruak.
Seorang netizen dengan akun @rayen******* menulis, “Siooo sejarah nie… kalau sumber daya alamnya pemerintah campur tangan, kalau bencana alam pemerintah angkat tangan. Becanda pemerintah.”
Komentar lain datang dari akun @raha******, “Stop, berhenti dengan tambang dan segala macamnya ✋.”
Sementara @rotari******* menambahkan, “Janganlah hutan digunduli, tanah digali tambang. Sedih lihat kerusakan alam seperti ini. Para penguasa bisnis tambang diam saja, yang terdampak malah masyarakat sekitar.”
Belum Ada Laporan Korban Jiwa
Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa. Namun, sejumlah rumah warga dilaporkan rusak, dan akses jalan di beberapa titik masih terputus akibat material longsor.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan memberikan bantuan darurat, sekaligus mengambil langkah nyata untuk menjaga kelestarian alam Raja Ampat yang selama ini dikenal sebagai surga wisata dunia.
“Ini bencana besar, kami butuh bantuan cepat,” ujar seorang warga Waisai yang ditemui wartawan.
Raja Ampat selama ini dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia karena keindahan laut dan ekosistemnya yang masih alami. Namun, warga setempat khawatir bencana kali ini menjadi sinyal serius tentang rapuhnya lingkungan akibat aktivitas manusia, termasuk tambang dan pembukaan lahan.
Jika tidak ada langkah mitigasi nyata, warga khawatir bencana serupa akan semakin sering terjadi dan mengancam kehidupan masyarakat di tanah Papua.
(s)