Jabarplus.id,KBB– Puluhan siswa SDN 1 Babakan Talang, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB) di hari pertama sekolah terpaksa harus menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM ) di Lapangan Sepak Bola, Senin (15/7).
Hal ini dikarenakan tempat belajar atau ruang di sekolah itu rusak diterjang bencana pergerakan tanah beberapa waktu lalu.
Akibat dari bencana pergerakan tanah yang menerjang kawasan Desa Cibedug pada bulan Febuari lalu membuat seluruh bangunan sekolah ambruk dan tidak bisa digunakan.
Kepala Desa Cibedug Engkus Kustendi memberatkan, para siswa belajar di lapangan sepak bola, kata dia sebanyak 90 siswa SD itu menempati 5 ruang kelas kosong milik MTS Al-Ikhlas.
Padahal sudah ada jaminan bahwa pemerintah akan relokasi bangunan sekolah serta pemukiman warga maksimal dalam waktu 2 bulan.
“Betul siswa belajar di lapangan karena relokasi belum dilakukan. Untuk lokasi sementara itu jaraknya jauh dan sekolah harus bayar sewa karena itu milik swasta. Jadinya belajar di lapangan,”ujarnya.
Namun sudah 6 bulan pasca peristiwa itu, hingga kini bangunan sekolah tak kunjung dilakukan. Imbasnya para siswa belajar dilapangan.
Engkus menambahkan, Pihak sekolah pun tak anggaran karena bangunan sekolah milik swasta ini harus disewa Rp2 juta.
“Kami sudah mengupayakan maksimal untuk relokasi rumah dan fasilitas umum bagi warga terdampak bencana pergerakan tanah. Akan tetapi, jelimetnya birokrasi dan persyaratan administrasi mengakibatkan proses relokasi masih jalan di tempat,”ucapnya.
Padahal, lanjut Engkus, pembangunan rumah dan fasilitas sosial rencananya bakal ditanggung oleh pemerintah pusat melalui BNPB.
“Saya sudah ajukan beberapa kali soal lahan untuk relokasi, tapi gagal lagi karena banyak prosedur dan persyaratan yang harus dilengkapi. Akhirnya sampai sekarang belum ada kemajuan, termasuk relokasi sekolah,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Komite SD Negeri 1 Babakantalang, Asep Nurul Hikmat mengatakan, KBM hari pertama siswa dilakukan di area lapangan tanpa kelas darurat seperti tenda.
Hal ini dipicu keluhan orang tua siswa yang keberatan jika siswa harus bersekolah di SDN 2 Babakan Talang dan SDN Sukamanah.
“Hari pertama ini siswa terpaksa belajar di lapangan Gombong yang jaraknya lebih dekat dengan domisili siswa. Selama ini pemerintah mengalihkan KBM di dua sekolah yang jaraknya cukup jauh dan dirasa memberatkan orang tua,”tuturnya.
Asep Nurul menjelaskan, setelah bangunan dulu terdampak bencana dan tidak dapat digunakan pemerintah setempat mengalihkan KMB ke fasilitas sekolah yang jaraknya cukup jauh.
Setidaknya siswa harus berjalan kaki selama 30 menit atau lebih singkat jika diantar menggunakan kendaraan pribadi.
“Tetapi tidak semua orang tua bisa mengantar anaknya pakai motor, sementara berjalan kaki sudah dijalani selama lebih dari 6 bulan selama peralihan dan ini dirasa memberatkan,”pungkasnya.