KBB,jabarplus.id- Air Sungai Cipicung yang berlokasi di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diduga tercemar akibat air lindi TPA Sarimukti.
Air di Sungai Cipicung itu berubah warna serta menimbulkan bau yang tak sedap.
Kondisi ini membuat sejumlah warga mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk segera memulihkan kondisi Air.
Sebelumnya, Pemprov Jabar mewacanakan perbaikan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di TPA Sarimukti.
Salah seorang warga Kampung Cinagrog, Hendi (40) menyambut baik rencana pemerintah dalam membuat IPAL, hanya saja kata dia lebih kepada penekanan pentingnya mengembalikan kondisi Cipicung seperti sebelum tercemar.
“Kami menyambut baik rencana itu, tapi satu. Harus dikembalikan seperti dulu, karena airnya bisa dipakai oleh warga,” katanya, Selasa (17/12).
Akibat air Sungai Cipicung tercemar lindi dari TPA Sarimukti, sebagian anak sungai lainnya di lokasi serupa tak bisa digunakan, termasuk untuk irigasi persawahan.
“Udah enggak bisa pagi dipakai sawah. Takut tanamannya tercemar juga, sementara di daerah sini terkenal kekeringan,” katanya.
Hendi menduga, air lindi dari TPA Sarimukti dibuang dalam jumlah banyak. Pasalnya, air di sungai-sungai yang teraliri muncul busa serta berubah hitam pekat.
Namun pada musim hujan, lanjut dia, pencemaran agak tersamarkan, tetapi terlihat jelas saat kemarau. Dirinya khawatir rencana pengurasan kolam IPAL justru memperburuk pencemaran.
“Takutnya jadi makin buruk. Apalagi sekarang ikan-ikan di sungai sudah enggak keliatan. Ya karena airnya sudah tercemar,” katanya.
Kondisi itu tentunya mendapatkan perhatian dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jabar.
Manajer Divisi Pendidikan WALHI Jabar M. Jefry Rohman mengatakan keberadaan TPA Sarimukti memang seyogyanya banyak menimbulkan dampak negatif.
Jefri Rohman berpendapat bahwa tata kelola disana tidak dijalankan dengan optimal. Dia pun menegaskan Pemprov Jawa Barat harus serius dalam menangani setiap masalah yang ditimbulkan bak sampah tersebut.
“Air lindi harus diolah dengan IPAL yang representatif. Dikelola dengan baik agar air lindinya tidak mencemari badan sungai ataupun lingkungan penduduk yang pada akhirnya mencemari kehidupan air terutama sungai Citarum yang jelas di hulunya sudah tercemar ditambah dengan suplai air lindi dari TPA Sarimukti,” ujarnya.
Padahal banyak kehidupan yang menggantungkan nasibnya kepada anak-anak sungai tersebut. Salah satunya para petani yang berada disekitar TPA Sarimukti. Ia mendorong Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar untuk terus memperbaiki IPAL yang ada.
“Kalau misalnya IPAL ini berfungsi dengan baik dan efektif minimal bisa mengurangi rembesan air lindi ke sungai. Sehingga ketika masuk ke badan sungai utama termasuk ke Citarum ini timbunan logam berat dan lainnya bisa di minimalisir. IPAL atau mengolah air limbah di TPA ini ya bisa dibilang belum efektif karena seharusnya air yang dihasilkan tidak berbau dan berwarna keruh,” katanya.
Jefry khawatir dengan pembukaan zona baru di TPA Sarimukti menambah beban kerja IPAL yang ada. Sehingga pencemaran air lindi ke aliran sungai semakin tinggi. Jika itu terjadi maka bukan hanya sungai-sungai kecil yang menimbulkan bahaya, tapi juga ke Citarum dan Waduk Cirata.
Berdasarkan survei hingga uji lab pada tahun 2023 hingga awal 2024, tim masyarakat peduli TPK Sarimukti menemukan air lindi sudah mencemari sungai Citarum berujung ke Waduk Cirata.
Bahkan sejak tahun 2019 sudah lebih dari satu juta kubik limbah B3 masuk ke Cirata. Air Lindi mengalir ke sungai Cilimus, Cimeta dan masuk ke Cirata.
Akibat pencemaran terjadi proses mutasi genetika pada ekosistem yang berada di daerah aliran Sungai Citarum. Kondisi tersebut dinilai sangat memprihatinkan.
“Pemerintah belum berupaya seratus persen untuk bagaimana IPAL ini berfungsi dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan.Secara kasat mata walaupun tidak disurvei dan di uji lab memang dari air lindi itu cukup nampak,”katanya.
“Pertama pemerintah belum serius untuk menangani dampak dari TPA Sarimukti. Berdampak juga pada kurang optimalnya IPAL yang ada,”pungkasnya.